Perbandingan Layanan Konsumen Grab Dan Gojek

Perbandingan Layanan Konsumen Grab Dan Gojek – Komunitas Konsumen Indonesia  (KKI) melakukan survei yang bertajuk Preferensi Konsumen terhadap Layanan Moda Transportasi Darat Urban di Indonesia.  Survei yang dilakukan ditujukan kepada layanan konsumen pengguna jasa ojek online Grab dan Go-jek.

Untuk kategori layanan transportasi online, hasil survei menyimpulkan, layanan Gojek lebih dipilih konsumen ketimbang Grab. Persentasenya, Gojek dipilih konsumen sebesar 36% dan Grab 32%. Sedangkan, yang memakai jasa layanan keduanya sebesar 32%. Ojek Online adalah ojek yang prosesnya dilakukan dengan melakukan pemesanan melaui online. Berbeda dengan ojek pangkalan yang penumpang datang langsung ke pangkalan ojek yang ada.

Perbandingan Layanan Konsumen Grab Dan Gojek

Dengan penggunaan ojek online akan membuat aktivitas seseorang menjadi lebih mudah dalam memesan ojek tanpa harus datang langsung ke pangkalan, karena ojol akan datang langsung menghampiri penumpang sesuai dengan lokasi yang ditentukan. taruhan bola

Sebagai pengguna layanan ojek online  harus mengetahui segala macam perbandingan dalam hal pelayanan konsumen. sbobet365

Mungkin yang sering ditanyakan oleh para pecinta Ojek Online (Ojol) adalah soal harga dan jasa yang disediakan. Jika beberapa tahun lalu kita masih sering naik kendaraan umum konvensional, seperti ojek pangkalan dan angkot, lain ceritanya dengan sekarang. www.americannamedaycalendar.com

Hampir di setiap tempat kita bisa menjumpai ojek online yang siap digunakan yang sangat mudah memesannya.

Perbandingan Layanan Konsumen Grab Dan Gojek

Hanya dengan menggunakan aplikasi ojek online di handphone maka Anda dapat dengan mudah mendapat ojek. Bahkan disamperi sampai depan rumah Anda.

Kehadiran ojek online memang membuat kita mudah ke mana-mana, praktis dan murah. Dari sejumlah penyedia layanan ini dan adanya macam-macam ojek online yang hadir di Indonesia.

Survei yang dilakukan selama periode Februari-April 2019 dengan melibatkan 625 responden yang berada di

15 Kabupaten/Kota di 6 Provinsi, yaitu DKI Jakarta, Banten, Bali, Sumatera Barat, Jawa Barat dan Jawa Tengah, tersebut juga menyebutkan, faktor yang menyebabkan konsumen lebih memilih Gojek.

Disebutkan,  layanan Go-Ride dari Go-Jek dinilai lebih aman (56%), lebih dapat diandalkan (55%), lebih ramah (53%) serta lebih nyaman dan bersih (53%).

Sementara kompetitornya di industri ini, Grab Bike,  diapresiasi dengan skor 44% untuk aspek keamanan, 45% pada aspek  kehandalan layanan, 47% pada aspek keramahan, dan 47% pada aspek kenyamanan dan kebersihan.

“Di satu sisi, survei mencatat preferensi konsumen untuk memilih layanan Grab lebih tinggi pada aspek

keterjangkauan tarif (lebih murah), yakni mencapai 53%, dibandingkan Go-Jek yang mencatat angka 47%,” kata  David M.L. Tobing, Ketua KKI melalui siaran pers, Selasa, (30 Juli 20190.

Kemudian, perbandingan pemenuhan hak konsumen ini juga semakin terlihat jelas pada layanan taksi online. Di antara pengguna taksi online, Go-Jek memiliki tingkat preferensi konsumen lebih tinggi daripada Grab pada semua aspek, yaitu pada aspek keterjangkauan tarif (54%), aspek  keamanan (59%), kehandalan layanan (60%), keramahan (57%), dan kenyamanan serta kebersihan (59%).

David melanjutkan, tingkat penggunaan yang tinggi pada layanan transportasi online ternyata juga diikuti oleh risiko keamanan dan keselamatan. Risiko dialami konsumen itu terkait kecelakaan, kekerasan, pelecehan dan kehilangan.

“Berdasarkan survei KKI, kami temukan konsumen yang mengaku menghadapi risiko ini lebih banyak dialami saat menggunakan jasa Grab daripada Go-Jek. Maka berdasarkan pengalaman konsumen terkait risiko kecelakaan dan keselamatan yang dialami itu, mereka mengaku lebih sering menggunakan layanan Go-Jek karena memiliki risiko yang lebih rendah,” jelas David.

KKI juga mencatat dalam surveinya, bahwa jumlah penumpang yang mengaku pernah mengalami kecelakaan pada layanan Grab-Bike tercatat lebih tinggi, yaitu mencapai 8,8% daripada yang terjadi di layanan Go-Ride 6,6%.

Selain itu, responden yang mengakui pernah mengalami kekerasan pada layanan Grab-Bike juga tercatat lebih tinggi, yaitu mencapai 6,4% daripada yang dialami pada layanan Go-Ride (5,3%).

Sementara itu, perbandingan tingkat risiko keamanan di Taksi Online yang dioperasikan oleh kedua aplikator tersebut semakin jauh, di mana Grab-Car memiliki tingkat risiko kecelakaan nyaris dua kali lipat lebih tinggi daripada risiko yang pernah dialami responden pengguna layanan Go-Car, yaitu 3,7% berbanding 1,9%.

Demikian juga pada risiko pelecehan, jumlah pengguna Grab-Car yang mengaku mengalami pelecehan tercatat nyaris dua kali lipat lebih tinggi, yaitu 3,5% dibandingkan jumlah pengguna layanan Go-Car (1,9%).

Go-Jek menguasai pasar lokal dengan operasional yang mencakup hampir semua kota-kota besar di Indonesia. Layanan besutan Nadiem Makarim ini tersedia di berbagai wilayah di Indoneisa.

Hampir semua kota besar di seluruh Indonesia sudah terdapat armada Gijek ini. Seperti kota Jabodetabek, Bandung, Bali, Surabaya, Makassar, Palembang, Medan, Balikpapan, Yogyakarta, Semarang, Manado, Solo, Samarinda, Malang dan Batam.

Go-Jek memberlakukan jam sibuk atau rush hour yakni pada pagi hari 06.00 ~ 09.00 dan sore 16.00 ~ 19.00. Di jam ini, tarif akan lebih mahal sekitar Rp 5.000 dari jam normal.

Sejauh ini, promosi tersebut masih berlaku hingga Januari 2019. Promosi ini juga dilakukan Go-Jek untuk mendorong lebih banyak orang beralih ke cashless experience alias non tunai.

Update dari potongan tarif jika menggunakan Go-Pay, ternyata di awal tahun 2019 ini mengalami penurunan.Dalam menanggapi perbandingan tentang menggunakan aplikasi ojek online, pada aplikasi Go-jek masih sering dijumpai eror yang menyembabkan pada saat order driver menjadi tersendat dan sering terjadi dobel order yang membuat bingung antar si penumpang dan driver itu sendiri.

Dalam melakukan komunikasi, Go-jek pun masih kerap mendapatkan kekurangan karena dalam berkomunikasi dengan penumpangnya ia masih menggunakan konektivitas selular.

Jadi, ini akan memakan pulsa tambahan di luar paket data internet ketika driver dan penumpang perlu menelepon atau SMS. Pada sisi lain karena dipengaruhinya penumpang yang susah untuk menelfon pihak driver karena tidak adanya layanan menelfon yang disediakan oleh Gojek. Layanan telepon disediakan, namun harus menggunakan pulsa bukan kuota internet. Dan untuk menarik peminatnya, pihak Go-jek membuat promosi dengan merayu pelanggannya untuk menikmati diskon tarif perjalanan sebanyak 50 % jika membayarkan ongkos dengan menggunakan sistem Go-pay

Sejauh ini, promosi tersebut masih berlaku hingga Januari 2019. Promosi ini juga dilakukan Go-Jek untuk mendorong lebih banyak orang beralih ke cashless experience alias non tunai.

Update dari potongan tarif jika menggunakan Go-Pay, ternyata di awal tahun 2019 ini mengalami penurunan. Dari pengalaman penulis potongan dengan menggunakan Go-Pay ini hanya sekitar Rp 2000 dari biaya sekitar Rp 50.000, jadi hanya dapat potongan sekitar 5%.

Sedangkan Grab jumlah armadanya kurang lebih 250 ribu (data April 2016), namun angka itu mencakup penyebarannya di Asia Tenggara. Startup yang dipimpin Anthony Tan ini masih kalah dengan dominasi armada Go-Jek di pasar lokal.

Grab memang tak hanya fokus di Indonesia, melainkan mengincar pasar Asia Tenggara. Layanan ride sharing tersebut saat ini hadir di beberapa negara di Asia seperti Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja dan Filiphina.

Continue Reading

Share